Like Us

Kamis, 02 Mei 2013

Mission Impossible "Barca Siap Mencetak Sejarah"

fcb vs fcb
Camp Nou punya cerita khusus bila sedang mengemban misi istimewa. Hampir lima puluh malam yang lalu, lampu-lampu di stadion megah nan bersejarah ini menyorot mosaik yang sudah disiapkan oleh fans FC Barcelona sebelum laga melawan jagoan Italia, AC Milan, resmi dimulai. Butuh kemenangan bersih untuk membalikkan ketinggalan dua gol, Barca berhasil menjebol gawang tamunya empat kali tanpa balas. Camp Nou menunjukkan tuahnya lewat para suporter yang dengan kompak menyajikan tulisan berjudul Som Un Equip! sebelum laga dan terus bersorak mendukung pemain-pemain kesayangannya hingga pertandingan berakhir.

Milan pada 12 Maret 2013, Real Madrid FC pada 7 Oktober 2012, dan FC Bayern Munchen pada 1 Mei 2013. The Bavarians adalah pelancong ketiga ke Camp Nou di sepanjang musim ini yang akan dijamu dengan jamuan ‘komplet’ ala Catalan, paduan permainan teknik dan taktik di atas lapangan dan tekanan psikologis dari arah tribun penonton. Dengan hanya baru tiga kali melakukannya, tampak jelaslah bahwa ada beberapa pertandingan yang memang sangat penting untuk dimenangkan Barca, yang dibungkus dengan target selisih gol besar. Setiap jamuan memiliki tema unik, dan kali ini Barcelonistas yang memadati stadion yang peletakan batu pertama untuk pembangunannya dilakukan pada 28 Maret 1954 itu akan menampilkan mosaik bertuliskan ‘Barca! Orgull Barca!’, yang berarti ‘Barca! Kebanggaan Barca!’

barca orgull barca
Kali ini Barca benar-benar dalam posisi genting, karena wajib menang besar untuk meraih satu tiket ke London, tempat final Liga Champions tahun ini digelar. Defisit empat gol yang dibawa dari Allianz Arena seminggu lalu memang terlihat misi mustahil untuk dibalikkan. Tapi ini adalah Barca, sebuah identitas yang tak pernah berpikir menyerah, yang telah mencatat banyak kemenangan dan memiliki sejarah panjang. Demikian Gerard Pique, bek internasional Spanyol yang membela Barca, mencoba membakar semangat juang rekan-rekan setimnya.

Menilik sejarah 58 tahun sepakbola Eropa, tak ada klub yang berhasil berbalik unggul setelah pernah tertinggal 0-4 dari lawannya. Bagi Barca sendiri, kebobolan empat gol seperti yang diderita dari Die Roten adalah yang pertama kali sejak musim 1997/98 kala menghadapi tim Ukraina, Dynamo Kyiv. Namun ada sebuah catatan penyemangat misi Barca, yakni bahwa dalam sistem home and away babak gugur Liga Champions, tim biru merah ini terekam dua kali dalam lima besar sejarah pembalikan skor.

Kompatriot Barca asal Spanyol, Deportivo La Coruna, menjadi tim pemuncak untuk kategoribest comeback. Sempat dikubur Milan dengan skor 1-4 di San Siro, Coruna balik unggul 4-0 di kandang mereka, Stadion Riazor. Barca melakukan comeback pertamanya pada perempat final musim 1999/00 saat berjumpa tim asal kota London, Chelsea. Dengan bermodalkan ‘invasi’ pemain-pemain dari Serie A, The Blues berhasil mencetak kemenangan 3-1 di legpertama yang digelar di Stadion Stamford Bridge. Dalam asa yang melambung tinggi, Chelsea menyeberangi lautan untuk menyambangi Camp Nou untuk memainkan laga kedua. Drama thriller pun terjadi saat 90 menit normal di Camp Nou berakhir dengan skor sama persis dengan laga perdana, 3-1, namun untuk kemenangan tim tuan rumah. Dalam perpanjangan waktu itulah si kidal Rivaldo dan si jangkung Patrick Kluivert menambah dua gol tambahan bagi Barca dan menyingkirkan Chelsea dengan skor agregat 6-4. Sementara satu comeback terbaik lainnya yang dicatat Barca dilakukan dengan menyingkirkan Milan di bulan Maret lalu.

abi dan song
Munchen bukan lawan asing bagi Barca. Sebagai dua tim yang berprestasi di kompetisi lokal masing-masing, wajar bila mereka sering berhadapan di turnamen Eropa. Di Camp Nou, jamuan Barca di ajang yang sama atas lawannya tersebut sudah pernah berakhir dengan skor 4-0, sebuah selisih yang kali ini dibutuhkan Barca minimal untuk memaksakanextra-time. Saling mengalahkan dengan skor besar seperti inilah yang sebenarnya menjadi keuntungan untuk Barca, artinya secara alami, kedua tim terdidik untuk menyerang dan mencetak gol sebanyak-banyaknya. Di sinilah perlu kejelian duet Francesc ‘Tito’ Villanova untuk merinci lewat celah mana Barca akan berupaya mendulang gol di tengah ‘normalitas’ gaya permainan Bayern nanti.

Untuk menghadapi Munchen di leg kedua ini, penyusunan strategi dan komposisi pemain oleh Tito-Roura setidaknya perlu mengantisipasi tiga kemungkinan utama dari perubahan skor pertandingan. Kemungkinan pertama, jika Barca mencetak gol terlebih dahulu hingga mencapai selisih tiga gol bersih. Kemungkinan kedua adalah usaha Barca mendulang selisih golnya yang keempat atau kelima, entah lewat waktu normal ataupun tambahan. Yang terakhir, adalah kemungkinan sebaliknya dimana justru Munchen yang mencetak gol terlebih dahulu.

Dasar dari ketiga kemungkinan di atas adalah psikologis pertandingan yang akan bergeser sangat dinamis antara kedua tim dari menit ke menit. Dengan tabungan empat gol tanpa kebobolan yang dibawa dari kandang, diprediksi Munchen akan bermain lepas dan tidak akan mencoba berorientasi bertahan. Pola ini akan terus berlanjut seandainya kemungkinan ketiga terwujud, dimana Munchen yang malah menambah selisih agregat.

Sementara untuk dua kemungkinan pertama, jika pun kebobolan, agak sulit mencerna logika Munchen akan langsung bersikap panik saat Barca belum membobol gawang mereka tiga kali tanpa balas. Munchen akan berusaha tetap santai dan mempertahankan gayanya tanpa perlu khawatir terus diserang Barca andaikan defisit di leg kedua ini belum mencapai tiga gol. Selisih tiga gol bersih dari lawannya itulah yang akan menjadi garis batas pembeda strategi tim tamu.

messi
Dalam menyusun komposisi terbaik untuk merealisasikan dua kemungkinan pertama, sebaiknya Tito-Roura memulai dengan cara mengoptimalisasi pergeseran pemain saat transisi dari situasi bertahan ke menyerang dan sebaliknya. Dengan absennya Jordi Alba akibat suspensi, maka opsi terbaik mendorong bek sayap terletak dari sisi sebelah kanan, yakni dari pos yang diisi oleh Dani Alves. Kendalanya, bagaimana menempatkan trio bek tengah yang tersisa setelah ditinggalkan Alves, agar situasi penggempuran ke daerah pertahanan Munchen yang turut disokong oleh Alves tidak memantik resiko serangan balik berbahaya oleh lawan?

Untuk mengakomodasi serangan sayap oleh Alves, sebaiknya posisi bek kiri diberikan kepada Eric Abidal dengan tujuan menciptakan keseimbangan pertahanan. Abidal memiliki setidaknya dua keunggulan komparatif dibanding kandidat lainnya, Adriano Correia. Pertama, dengan postur lebih tinggi dibanding Adriano, Abidal lebih efektif untuk mengantisipasi umpan-umpan lambung kepada Thomas Muller, Mario Gomez atau Mario Mandzukic. Kedua, Abidal sudah akrab dengan posisi bek tengah kiri yang sudah sering dilakoninya, baik di Barca maupun tim nasional Perancis. Poin kedua ini bermanfaat saat Barca diburu waktu dan perlu memunculkan alternatif serangan lewat bola udara. Maka, terkait alternatif serangan ini, bila partner Pique sebagai duet bek tengah dipercayakan pada Alexandre Song, Abidal akan lebih efektif menutup celah yang ditinggalkan oleh Song untuk maju membantu distribusi bola ataupun menjadi target-men untuk situasi bola mati di dekat kotak penalti Munchen. Dalam alternatif serangan seperti ini, Barca bertransformasi dari 4-3-3 menjadi 2-2-3-3, dimana Sergio Busquets dan Song berbagi peran holding midfielder secara horizontal dan Alves merangsek naik hingga selevel duet Andres Iniesta dan Xavi Hernandez.

Mimpi final yang sudah menggelayuti Bayern dapat diambil celahnya oleh Tito-Roura dengan menginstruksikan permainan bola-bola pendek oleh Lionel Messi, Iniesta dan Xavi di jalur ‘poros tengah’ Munchen. Ini terkait dengan status satu kartu jelang suspensi (one booking away) yang menempel pada penyerang Gomez dan Muller, gelandang serang Bastian Schweinsteiger, gelandang bertahan Javi Martinez dan bek tengah Dante. Bagaimanapun, dengan kondisi pra-pertandingan yang sudah menguntungkan timnya, pemain-pemain ini akan berpikir dua kali untuk bermain keras untuk menghindari hukuman larangan bertanding berikutnya. Kondisi psikologis ini menjadi titik eksploitasi Barca nantinya.

barca
Untuk trisula penyerang, poin yang harus dikejar Tito-Roura adalah menyeimbangkan frekuensi tusukan dari kedua sayap dan senantiasa menyiagakan seorang finisher di kotak penalti lawan. Alves telah siap untuk melakukan penetrasi dari sayap kanan, sementara untuk opsi Cristian Tello dapat dikedepankan. Dengan larinya yang cepat, sementara bek kanan Bayern yang juga menjabat sebagai kapten tim, Philipp Lahm, menyandang status satu kartu jelang suspensi, harapan Barca untuk memenangkan duel di sektor ini cukup terbuka lebar.

90 menit ini akan menjadi laga paling genting dan penting bagi Barca sepanjang musim ini. Sebelum peluit panjang berbunyi, kita terus percaya tiket final masih bisa digapai. Barca! Orgull Barca!

Perkiraan formasi:

FC Barcelona (4-3-3): Valdes; Alves, Pique, Song, Abidal; Busquets, Xavi, Iniesta; Villa, Messi, Tello.

FC Bayern Munchen (4-4-1-1): Neuer; Lahm, Boateng, Dante, Alaba; Robben, Martinez, Schweinsteiger, Ribery; Mueller; Mandzukic.

VISCA BARCA ! VISCA CATALUNA !


Previewed by FCB Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar