Dulu, kita tidak saling mengenal satu sama lain. Kita tidak
pernah tahu sebelumnya bagaimana kita akan bertemu dan saling sapa. Kamu tidak
berarti apa-apa untukku, pun sebaliknya. Kamu hanyalah seorang wanita seberang
kampus yang bahkan tidak pernah aku bayangkan akan ku kenal. Menyadari
kehadiranmu di dunia pun tidak pernah aku imajinasikan. Lalu, bagaimana mungkin
aku sempat terjebak dalam bayangmu yang melekat hingga ke tulang dan menyatu
dengan darahku yang mengalir ke seluruh tubuh? Hingga mempengaruhi kehidupanku
seutuhnya.
Well, kita berkenalan melalui sebuah chatting di social
media. Kamu memulai percakapan, menyapa hangat. Sapaan itu aku sambut dengan
senyum merekah. Obrolan pun mengalir dengan santai dan dalam waktu yang singkat kamu
mengajak ku untuk bertemu. Sebenarnya aku belum siap untuk bertemu, hanya saja
karena paksaan kecil darimu dan kenekatanmu untuk menghampiriku di kost membuat
aku membuka pintu selebar yang aku sediakan untukmu. Kita pun bertatap,
mennyingkirkan komunikasi dunia maya dengan interaksi nyata. Kita membicarakan
banyak hal, jalan bersama, bahkan makan malam bersama untuk pertama kalinya
pukul 23.00 WIB. Ya, itu adalah waktu yang larut. Tapi tahukah kamu? Aku tidak
pernah membayangkan bahwa kamulah yang kelak akan menjadi pembunuh sepi dalam
waktuku sekaligus pembunuh bahagia dalam tawaku.
Aku tidak akan memaparkan bagaimana indahnya waktu 1 tahun 7
bulan kita lalui bersama. Aktivitas, canda, gelak tawa, tangis, amarah dan
segudang memori antara februari 2012 sampai Agustus 2013. Aku rasa, jemariku
tidak sanggup untuk menuliskannya dengan baik, air mataku tidak akan bisa aku
ajak bekerjasama untuk tidak membanjiri keyboard laptop, dan tidak ada kalimat
yang mampu menerjemahkan kebahagiaan saat itu. Aku pikir, cukup kita simpan
saja dalam bejana kenangan dan tutup dengan rapat hingga tidak ada celah untuk
cahaya masuk.
Dalam tulisan ini, aku hanya ingin mengutuk diriku sendiri.
Aku ingin melampiaskan kebodohanku atas akhir cerita kita. Bagaimana mungkin,
kamu yang tidak pernah ku kenal menjadi seseorang yang mampu meluluh lantakkan
hati, dengan sikap akhir dan keputusanmu yang mencabik seluruh rasa yang aku
punya? Kamu pergi tanpa satu kata pun yang menjadi alasan akhir hubungan kita.
Aku terjebak dalam perangkap kebingungan yang kamu buat. Aku terpaku pada
pijakan masa lalu tanpa bisa bergerak sedikitpun. Kamu hilang meninggalkan
janji-janji manis yang selalu aku yakini itu adalah sajak hati. Kini, kamu
hanyalah orang asing yang sempat singgah, dan tidak akan pernah kembali sebagai
apapun. Kamu memutuskan semua bentuk komunikasi antara kita. Dan kenapa kamu
sempat datang dan pergi sesuka hati kamu setelah memutuskan untuk pergi dari
hidupku?
Nice bro. Tulisannya keren, bikin gue mau lanjutin blog gue.
BalasHapus