Like Us

Senin, 15 April 2013

My History : Ketidakpedulian Atau Kebosanan?

Hari ini si gendut balik dari rumahnya di salah satu kota di Jawa Tengah ke Jogja. Aku dan gendut kos nya berdekatan. Aku menunggu kedatangan dia dari rumahnya di kosku. Sudah dua hari tiga malam dia mudik dan aku ingin bertemu dia dan melepas rindu. Awalnya sih berjalan mulus dan baik. Tetapi sore ini sekitar pukul 16.30 WIB setelah aku pulang dari kos Avy, salah satu temanku yang akan pindah dari Jogja ke Jakarta, aku dan gendut terlibat perbincangan mengenai kasus penipuan logam mulia (ANTAM) yangs edang menjadi topik ramai di Kaskus. Pertama dia bilang kita pantau ke Solo, lalu berlanjut ke obrolan lain. Setelah aku mengajak gendut untuk berangkat besok ke Solo ikut serta anggota Buserpu Kaskus menyergap pelaku penipuan tersebut, si gendut malah bilang "You aja, aku besok mau ngadep Pak X (Dosen Pembimbing Skripsi)". Jleebb. Siapa coba yang tidak kesal dan tersinggung dengan ucapannya seperti itu. Kalau memang dia tidak ingin pergi ke Solo, setidaknya bilang agar tidak usah pergi saja dengan alasan berbahaya atau sejenisnya, bisa juga dengan bilang sudah kita pantau di Kaskus aja (walau sewaktu dia di rumah pernah bilang seperti ini). Jangan asal bilang seperti itu. Apalagi aku pacar dia. Dia tega bilang seperti itu ke aku dan tidak memikirkan perasaan aku. Kata-katanya itu menunjukkan sikap ketidakpedulian dia terhadap aku dan hubungan ini. Ini bukan pertama kalinya aku mendapati gendut yang menunjukkan sikap tidak peduli.

Kasus yang aku ingat ada beberapa, pertama sewaktu aku sedang ingin mengurus ijin bebas perpusda dan untuk pas foto di Fresco, salah satu studio foto di Jogja, dia tidak menemani aku. Padahal waktu itu, aku sudah menunda waktu keberangkatan aku agar dia bisa menemani aku. Tetapi pada waktu dia sedang kosong dan senggang, gendut sudah janji akan pergi bersama aku untuk mengambil foto yang mau aku ambil.  Dia beralasan sedang malas dan tidak mood untuk pergi sementara aku harus mengambil foto itu karena sudah berjanji akan mengambilnya hari itu. Alhasil, aku pergi sendiri. Sewaktu aku pergi ke perpusda Jogja pun aku sendiri dengan jadwal belanja serta melakukan pas foto. Faktanya gendut mempunyai waktu yang cukup untuk menemani aku. Aku saja selalu menemani kemanapun dia pergi dan ketika dia membutuhkan aku, aku pasti selalu ada.

Aku juga yang menyemangati gendut agar dia tidak menyerah untuk mencari data skripsi yang sulit dia temukan. Aku menemani dia ke BPS Sleman, ke Perpus Pusat UGM, ke Fakultas Peternakan UGM, ke Dinas Pertanian Jogja sebanyak tiga kali. Waktu itu dia terlalu banyak mengeluh. Aku yang mendengar keluhannya dengan sabar mencoba untuk membantu sebisa yang aku lakukan. Alhasil, berdampak sangat positif setelah sebelumnya gendut uring-uringan dan kesal karena tidak mendapatkan respon positif pada awal kedatangan ke Dinas Pertanian Jogja.

Itu baru kasus yang terjadi akhir-akhir ini saja. Aku tidak akan mengungkit masalah yang terlalu jauh. Karena aku yakin tidak akan cukup untuk menulis di sini.

Aku sedang kondisi super sabar menghadapi apa yang terjadi antara aku dan gendut. Terkadang aku menunjukkan sikap kesal kepadanya, tetapi dia hanya berkata "Kamu lagi sebel ya sama aku" "Hayooo ngaku". Dia hanya berkata-kata tanpa memberikan sikap yang baik dan hangat. Gendut tidak menunjukkan kepedulian yang aku harapkan dan yang pernah aku bilang berkali-kali kepadanya.

Pernah suatu ketika aku dan gendut makan sore, dan aku memintanya untuk menemani aku sebentar ke Mitra untuk belanja sesuatu. Sewaktu aku sedang berpikir apa lagi yang akan aku beli, dia mendesak untuk cepat pulang karena dia ingin segera mengerjakan skripsinya. OMG, egois banget?!

Selama-lamanya aku dan gendut berbelanja keperluan sesaat, tidak pernah lebih dari setengah jam. Kalau berbelanja kebutuhan pokok, biasanya memang membutuhkan waktu yang lama. Tetapi waktu itu posisinya hanya untuk membeli beberapa barang. Bahkan aku sampai lupa dengan apa yang akan aku beli, perasaan waktu itu sungguh menyesak di hati aku.

Aku juga pernah merasa sangat kesal tetapi aku tidak menunjukkan gejala yang berlebihan. Aku yakin dia mengerti aku sedang kesal dengan dia, tetapi dia tidak memberikan respon yang baik dan hanya diam serta berbicara seakan tidak ada masalah. Apa yang membuat aku sangat kesal waktu itu? Aku sedang membereskan kamar kos aku yang di sebelah yang sangat berantakan dan kotor. Saat itu, gendut ada di kos dan bersantai. Aku berharap inisiatif dia untuk membantu aku, tetapi dia tidak membantu apa-apa. Aku susah payah menyapu, membersihkan debu-debu, mengepel lantai dan menata kamar itu agar bisa ditinggali. Aku melakukan itu agar teman-teman gendut yang datang ke kos tidak merasa terganggu dengan adanya aku di sana. Pernah suatu ketika saat teman-temannya datang dan aku mengungsi ke kamar sebelah yang saat itu belum dibersihkan dan masih sangat kotor (tidak layak tidur). Aku memang pergi ke kamar sebelah tetapi pintu aku biarkan terbuka karena kalau aku tutup, suasana kamar itu sangat sumpek dan penuh debu di sana sini. Sehingga aku merasa tidak nyaman kalau harus menutup pintu itu.Setelah teman-temannya pergi, aku kembali ke kamar sebelah tempat gendut berada. Apa yang dia katakan? Dia menyalahkan aku dan merasa kesal dengan aku karena aku tidak menutup pintu kamar aku berada saat teman-temannya datang. Teman-temannya memang sempat mendatangi aku di kamar sebelah dan bertanya ini itu. Mungkin dia merasa tidak nyaman kalau aku ditanya-tanya oleh teman-temannya gendut. Seharusnya dia mengerti posisi aku saat itu. Andai dia yang berada di kamar sebelah, pasti akan lebih uring-uringan daripada aku.

Kembali ke waktu sekarang, sore sekitar pukul 17.00 WIB aku membersihkan kamar sebelah yang tiga hari lalu tidak aku bersihkan. Aku berharap bisa bersama gendut (setelah kedatangannya dari rumah) hari ini satu hari penuh ini dan tidak berada pada kamar yang berbeda. Aku ingin melepas rasa kangen dan banyak berbincang atau setidaknya berada pada tempat yang sama saja. Tetapi dia malah pergi ke kamar sebelah meninggalkan aku di kamar sini. Dia bilang ingin mengerjakan skripsi dan ingin pergi ke sebelah. Tanpa mengajak aku ikut ke sana. Dia tidak ingin diganggu mengerjakan skripsi? Aku rasa tidak, sebelum-sebelumnya juga aku berada pada kamar yang sama saat dia sedang asik mengerjakan skripsi dan aku tidak membuat kebisingan yang aku pikir membuat dia akan terganggu. Tidak sama sekali. Jadi, apa masalahnya?

Aku berpikir mungkin dia tidak rindu sama aku, atau dia memang sudah tidak peduli dengan hubungan ini. Aku pikir sekarang ini hanya ada hubungan satu arah. Kenapa? Beberapa hari yang lalu, aku meliat gelagat aneh dari dia. Aku bertanya memaksa dia untuk mengaku apakah dia bosan sama aku, dan dia menjawab memang bosan. Gendut hanya bilang kalau dia bosan dengan aktivitas yang dijalani dan bosan karena sikap aku yang membuat dia kesal.

Aku sudah berusaha untuk tidak bersikap menyebalkan. Toh kalaupun ada, dia tau aku hanya bercanda. Oke, mungkin aku salah karena bercanda "lebay" yang membuat dia kesal. Aku juga sudah mengurangi sikap itu dan memang aku rasa aku sudah  mengurangi itu. Entah kalau dia merasa aku belum berubah. Tetapi untuk kasus dia bosa dengan aktivitas yang dijalani, aku sudah berusaha dan berkali-kali mengajak dia agar pergi keluar. Sekedar jalan-jalan, pergi ke tempat-tempat tertentu yang bisa mengusir rasa bosan. Dia pun selalu menolak untuk pergi. Jangankan pergi jalan-jalan, pergi menemani aku mengurus beberapa hal untuk persyaratan ujian pendadaran aku saja dia tidak meluangkan waktu. Salahnya dimana?

Suatu waktu gendut marah besar. Dia marah meluap-luapkan segala bentuk emosi terpendam dan memojokkan aku. Dia tidak memahami kondisi aku saat itu yang kedatangan saudara sepupu aku yang mengurus keperluan kuliah S2nya. Kakak sepupuku menginap di kos aku sehingga aku tidak memiliki waktu yang cukup untuk gendut. Aku dicaci maki, dibentak, disalahkan, dipojokkan sampai aku merasa "apakah kesalahan aku sangat fatal?". Dia bilang marah besar saat itu karena aku yang tidak mengendahkan permasalahan-permasalahan kecil serta pendapat dia. Oke, aku memang salah saat itu karena terlalu menggampangkan permasalahan kecil sehingga membuat dia marah besar. Aku menerima kemarahan dia waktu itu, aku tidak menunjukkan sikap marah dan pasrah dengan apa yang di lakukan. Aku berusaha untuk berubah dan sabar. Walaupun perasaan aku diperlakukan dengan sangat tidak nyaman, aku mencoba memahaminya. Alhasil, semuanya kembali baik.

Nah, sekarang kenapa keadaannya jadi berbalik? Sekarang dia yang menyepelekan masalah-masalah kecil. Awalnya aku memang bisa saja menanggapinya, semakin kesini aku juga semakin kesal dan bertambah kesal. Tetapi aku tidak menunjukkan gejala berlebihan marah seperti apa yang dia lakukan terhadapku. Aku masih bersabar menunggu dia untuk berubah dan menunjukkan sikap seperti masa-masa awal pacaran. Tetapi kenapa gendut semakin tidak bisa diajak berkompromi? Aku sedih, sebal, kesal, marah, bingung. Semua menjadi satu. Aku masih belum tau harus bertindak bagaimana, kalau aku sembarang bertindak bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kalau gendut tau aku sedang marah karena dia, dia hanya berkata "Kamu marah ya beb" "Maaf ya" (sudah jarang diucapkannya) "Kamu kenapa sih beb?". Yah, walaupun aku sudah bilang apa masalahnya, selalu saja dia mudah melupakan apa yang sudah terjadi tanpa inisiatif untuk membuat aku senang atau setidaknya dia menunjukkan sikap meminta maaf, bukan hanya sebatas kata-kata saja. Kalau semuanya bisa dilakukan dengan kata maaf, aku tidak akan mau melanjutkan hubungan ini. Sangat tidak bermanfaat dan hanya akan membuang-buang waktu, uang dan tenaga saja.

Kalau ada tanggapan dari pembaca "My History" ini silakan disampaikan selama itu tidak mengandung unsur SARA dan kata-kata kotor. Terima Kasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar