Like Us

Kamis, 16 Oktober 2014

Hikmah Uang 1.000 Rupiah

 Gambar diunduh dari Google


Ada seorang karyawan sebuah perusahaan swasta di Yogyakarta yang selalu pergi pulang bekerja menggunakan angkutan umum, bis kota. Ia berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB dan harus tiba di kantor sebelum pukul 08.00 WIB. Suatu hari, ia menaiki sebuah bus kota langganannya yang juga selalu melewati jalur pada pukul yang sama. Ia duduk di dua kursi paling belakang dan seorang kernet menagih pembayaran sebesar Rp 4.000,- lalu karyawan tersebut menyodorkan uang Rp 5.000,-. Sang kernet pun memberikan uang kembalian kepada karyawan tersebut dan berlalu ke arah depan menuju penumpang lain.

Ketika hendak memasukkan uang kembalian ke dompet, karyawan tersebut kaget karena uang kembalian tersebut sebesar Rp 2.000,- yang mana seharusnya uang kembalian yang ia dapatkan adalah Rp 1.000,-.

"Ehm, aku kembalikan atau aku biarkan saja ya? Toh pemilik bus kota ini juga sudah kaya, dan menurutku ia tidak akan keberatan jika aku harus mengambil uang yang nilainya kecil seperti Rp 1.000,- ini. Aku kan juga pelanggan setia bua kota ini" Gumamnya dalam hati.

Ia pun turun dengan perasaan tanpa bersalah, dan menuju kantornya. Selama 5 hari selanjutnya pun ia selalu mendapati uang kembalian berlebih Rp 1.000 setiap harinya. Ia berpikir tidak mungkin harga penggunaan bus kota ini turun karena ia melihat penumpang lain membayar Rp 4.000 seperti biasanya. Hingga akhirnya ia gelisah dan bertanya pada hari ke-7 yang juga seperti hari sebelumnya, sang kernet selalu memberikan uang kembalian berlebih Rp 1.000,-.

"Bang, ini kembaliannya kelebihan Rp 1.000" Kata karyawan tersebut sambil menjulurkan uang Rp 1.000,-.
"Kenapa kamu kembalikan? Ini kan hanya Rp 1.000,- saja." Tanya sang kernet.
"Yah, ini kan bukan hak saya bang" Terang karyawan tersebut.
"Wah terima kasih ya mas, mas sudah jujur. Saya sangat menghargai sikap mas hari ini karena sebenarnya saya sengaja memberikan uang kembalian berlebih itu untuk mengetahui apakah mas orang yang jujur" Jelas sang kernet.

Betapa kagetnya karyawan tersebut, ia tersentak dengan penjelasan sang kernet. Jadi, selama ini kejujuran dirinya diuji oleh seorang kernet bus kota selama 7 hari dan selama itu pula ia telah menjual kejujuran juga harga dirinya hanya untuk uang Rp 1.000,- saja. Ia pun merasa malu dan wajahnya memerah. Ia diam tanpa kata.

"Saya senang akhirnya mas bisa jujur, mas tidak perlu malu, karena keberanian mas untuk berbuat jujur hari ini sangat membuat saya senang. Kejujuran memang harus dimulai dari hal kecil, sehingga nanti kita juga akan berani jujur untuk hal yang lebih besar. Kita manusia memang suka menyepelekan sebuah masalah dan nilai-nilai kehidupan tanpa menyadari kebaikan dan keburukan yang terkandung di dalamnya. Selamat, akhirnya mas menjadi orang yang jujur." Jelas sang kernet, lagi.

-end of story-


Written by : Adetya M. Setiawan
Inspired by : 20 Sen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar