Like Us

Selasa, 21 Oktober 2014

Pesta Rakyat Jogja Menyambut Presiden Ke-7 Indonesia

Haloooo, Assalamualaikum sobat semua.

Kalian yang tinggal, melewati atau mampir di kota Jogja dan daerah Jateng kemarin sore hingga malam, pasti pada sibuk update status di path, twitter, facebook, instagram dan teman-temannya mengenai MATI LISTRIK !!!

Hayooooo, ngaku deh, kalo pun gak update karna keburu habis baterai atau emang belom beli smartphone, pasti kalian uring-uringan kan. Hehehe,,

Kemarin sore hari Senin pukul 17.00 WIB listrik di Jogja dan Jateng mati serentak dan menimbulkan kehebohan di media sosial. Sewaktu mati listrik itu juga, aku dan adekku bergegas pergi keluar untuk mencari obat mati gaya. Mati listrik, perut lapar, dan baterai HP hanya tersisa 45% menjadi alasan untuk keluar biar gak mati gaya di dalam kos yang panasssss ....

Tujuan pertama sebenarnya ke kedai duren di daerah Ahmad Dahlan tapi listrik juga mati, saat itu sih belom tau seluruh DIY dan Jateng mati listrik, jadi berpindah langsung ke daerah tamsis dan mati juga. Alhasil biarlah makan dalam keadaan gelap, biar ada nuansa candle light dinner gitu. Hahahaha

Akhirnya aku menepikan kendaraan di Kedai Surabi Duren Mang Uban, di tamsis utara UII Hukum. Menunya berbagai macam rasa surabi, indomie, sop duren hingga makanan berat seperti batu, tongkang, karang, eh maaf bukan itu maksudnya, tapi kaya nasi goreng, ayam dan teman-temannya deh.

Untuk harganya lumayan bersahabat untuk mahasiswa, atau dompet tipis seadanya kayak punyaku. Hohoho, asal gak pesan lima menu untuk diri sendiri sih, masih murah. Duh, kok jadi ngelantur ke makanan ya. Padahal kan di sini mau nulis tentang hal lain.

Okey, back to main menu. Nah, sehabis makan dan mengetahui bahwa mati listrik dikarenakan induk semang listrik di Semarang lumpuh, aku pikir pasti lama nih listriknya mati. Alhasil aku urung pulang ke kos, dan memutuskan pergi ke 0 Kilometer. Karna di sana pasti ada banyak aktivitas dan kegiatan para seniman dan orang-orang yang santai. Setidaknya kan bisa menyingkirkan sepi dan panas di kos.

Okey, aku lupa kalo hari kemarin, Senin tanggal 20 Oktober 2014 itu adalah hari pelantikan presiden baru kita, presiden ke-7 salam dua jari, yang berganti jadi tiga jari, Bapak Joko Widodo dan pak JK. Duh, aku lupa bukan karena aku warga yang buruk tapi karna emang lupa aja kok. Hihihihi, membela diri.

Sesampai di 0 Kilometer, ternyata ada sudut yang tidak mati listrik, kalo gedung BI, BNI atau kantor Kepresidenan gak mati listrik sih wajar ya, nah ini di tengah-tengah jalan pejalan kaki depan Serangan Umum 1 maret berdiri kokoh sebuah panggung. Aku mendekatlah ke sana, dan wow, ada band-band an lagi tampil. Di sana tertulis PESTA RAKYAT JOGJA untuk menyambut presiden ke-7. Jadi aku tariklah tali celana dalam mas vokalis nya, eh salah, aku tarik kesimpulan maksudnya kalo ini sama kayak perayaan pesta rakyat yang ada di Sudirman, Jakarta ! hanya aja lebih sederhana sih.

Aku berdirilah di depan panggung sekitar 7 meter, abang-abang yang tampil sebanyak 7 orang, vokal 1, yang pegang gitar 3 orang, trus 1 asik mainin semacam piano, apa sih namanya ya, duh aku katrok banget pengetahuan musiknya, ya gitulah pasti kalian tau, nah ada juga 1 abang tabuh gendang dan 1 abang drummer. Mereka tanpa berhenti memainkan musik yang asik bergenre reage (Bener gak sih tulisannya gitu). Mereka memainkan lagu yang asik, suaranya kece banget, kalau sudah berhenti satu lagu, abang vokal bilang ouyyeeeee, trus teriak ada yang request gak, lalu koordinasi ama teman-temannya di belakang, trus nyanyi lagi. Kadang abang vokalnya buka smartphone baca lirik sambil nyanyi, ternyata ada juga yang gak dihapal, hehee. Saking gak berhentinya, sampe abang penabuh gendang berganti sebanyak 3 kali.

Nah, di paling depan panggung sisa 7 meter persis depan aku, anak-anak reage pada joget khas mereka, ada anak-anak, remaja, bapak-bapak dan kakek-kakek. Lengkap deh. Pada nunjukin gaya joget khas mereka masing-masing. Lucu dan menarik banget buat nonton. Mereka benar-benar menikmati alunan musik band dan suara vokal si abang. Mereka tidak kenal lelah, mereka tertawa dan saling menggoda satu sama lain untuk berjoget. Saking menariknya sampai para pesepeda motor berhenti di pinggir jalan dan memacetkan jalan, belum lagi para pejalan kaki juga ikut nonton. Akhirnya pak polisi dan bu polwan meminta panitia untuk menyuruih para pengendara untuk tidak berhenti di pinggir jalan dan meminta mereka untuk parkir di tempat yang disediakan.

Band reage ini bernama United of Reage. Mereka cool dan asik banget nyanyinya. Yah, walaupun abang vokal gak begitu cakap dalam berinteraksi dengan penonton, tapi dia tetap kece dan suaranya gak turun walau harus bernyanyi terus menerus hingga berpeluhan basah. Salut untuk mereka !!!

Setelah beberapa buah lagu, mungkin lebih dari 8 lagu non stop, mereka akhirnya berhenti dan menyatakan konser mereka telah selesai. Pembawa acara langsung mengambil alih mic dan berseru bahwa masih ada hiburan sampai jam 10 malam. Selang beberapa menit, datanglah para bapak-bapak dan seorang ibu naik ke panggung, dan mereka memperkenalkan diri dari pecinta Koes Plus, yaitu Bendei Plus Band, duh mudahan aku gak salah sebut nama band ini ya. Mereka juga membawa komuinitas pecinta Koes Plus dari Jogja dan sekitarnya, seperti Pathuk Plus dan Bantul Plus.

Para anggota komunitas ini langsung membentuk formasi di depan panggung, mengambil alih tempat anak-anak reage yang tidak mau ikut serta dalam joget poco-poco ala pecinta Koes Plus ini. padahal mereka sudah diajak oleh para anggota band Bendei Plus Band untuk ikut serta joget poco-poco. Tapi anak-anak reage malah ikut pergi. Hehehe, mungkin mereka ngerasa aneh kalo harus ikut poco-poco.

Lagu-lagu Koes Plus pun dinyanyikan di sini, tapi ada juga lagu berbahawa jawa yang aku gak ngerti tapi tetap asik dinikmati, apalagi kalo harus  ngeliat yang joget poco-poco secara terkoordinir. Yang joget itu ada ibu-ibu, anak-anak, bapak-bapak, kakek dan nenek, semuanya kumpul joget poco-poco, bahkan remaja-remaja yang tertarik joget juga ikut walo harus mencontoh gerakan mereka. Ini bener-bener menyenangkan, Hahahaha.

Nah, ada juga yang joget poco-poco nya lincah banget, kalah deh lincahnya joget si Inul atau Gotik, si remaja laki-laki dengan jenggot tebal dan tawanya joget poco-poco lincah bingit, ibu-ibu yang joget di sana juga kalah gemulai dan lincahnya. Hahaha, bener-bener menarik atensi para pengunjung.

Pukul 20.45 ada yang menyalakan lampion terbang, jadi langit jogja sekitaran 0 Kilometer menjadi tambah meriah. Ada lampion yang terbang bebas, dengan kecepatan laju dan lambat, ada juga lampion yang nyangkut di kabel telepon dan ada juga yang sangkut  di batang pohon belakang panggung. Hahaha, makin memeriahkan acara dan gelak tawa penonton, termasuk aku.

Di acara ini, terlihat beberapa panitia, entah mereka dari parpol tertentu atau tidak, aku kurang tau, yang jelas ada yang joget dan bernyanyi di atas panggung bernama Ibu Neneng dari Banten, request lagu cubit-cubitan dan wow si ibu muda ini goyang banget dan nyanti, bener-bener menunjukkan sikap genit, Hahaha. Dia juga bawa spanduk bertuliuskan WE ARE THE CHAMPION, Komunitas AENG dengan gambar wajah Pak Jokowi dan Pak JK.

Tepat pukul 22.00 WIB, bukannya sepi malah nambah rame, tapi adekku gak tertaik untuk menyelesaikan acara. Kayaknya sih dia sudah capek, padahal acara seru gini kok bisa ya capek, pikir ku sih. Hehehe. Akhirnya kami pulang dan pukul 22.20 WIB listrik di sekitar Jalan Godean KM 5.3 Nogotirto sudah kembali normal dan hilanglah mati gaya ku. Hahaha, dan berserobotlah aku dan adekku ke colokan charger. Hahaha

-Sekian-

Written by : Adetya M. Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar