Like Us

Minggu, 10 Maret 2013

Ulasan : Barca, Negative Football dan Segudang Prestasi


Semifinal liga champion musim 2009/2010 mempertemukan Inter Milan kontra Barcelona. Kala itu persiapan Barca terganggu karena fenomena alam. Meletusnya gunung berapi di Islandia membuat rombongan tim Barca harus rela menempuh perjalanan darat alih-alih menggunakan transportasi udara. 20 April 2010, kota Milan menghelat pertandingan leg pertama semifinal liga champion 2009/2010. Berhasil unggul cepat lewat gol Pedro, gawang Valdes harus rela dibalas dengan trigol Sneijder, Maicon dan Milito. Hal ini membuat perjuangan Barca sebagai juara bertahan untuk melaju ke final sangat berat saat harus melakoni duel leg kedua di Camp Nou seminggu berselang.

Saat itulah tagline “La Remuntada” ramai dibicarakan sebagai penyemangat Xavi hernandez dkk agar bisa mengalahkan anak asuh Jose Mourinho saat itu dan berhasil lolos ke Final Liga Champion 2009/2010. “La Remuntada : Ens Hi Deixarem La Pell”, berasal dari bahasa Catalan yang kurang lebih berarti “Comeback: Fight hard till the end” dan secara harfiah berarti “memutar balik keadaan, dan berjuang keras sampai titik darah penghabisan”.(credit untuk tutor bahasa catalan di forum FCBI @sassychicks untuk mengartikan peribahasa catalan tersebut). Dan pada kenyataannya anak asuh Pep Guardiola saat itu harus tersingkir setelah hanya mampu menang 1-0 di Camp Nou melawan sepakbola negatif nan efektif milik Jose Mourinho.

Dengan alasan itulah penulis ingin menggunakan kata-kata tersebut sebagai penyemangat kembali sekaligus untuk menggambarkan keadaan FC Barcelona saat ini. Bisa dibilang leg kedua babak 16besar liga champion 2012/2013 kontra AC Milan (tim sekota Inter Milan) di Camp Nou nanti adalah pembuktian bagi Blaugrana bahwa mereka belumlah “habis” di musim ini. Sempat mengawali musim dengan sempurna dan mencatat rekor start terbaik sepanjang masa di LaLiga dengan mengalahkan rekor rival, nyatanya Barca sudah dipastikan kehilangan satu gelar lagi musim ini. Setelah sebelumnya trophy super copa, maka midweek lalu, Barca sudah harus tersingkir dari kompetisi Copa Del Rey,setelah dengan telak disingkirkan oleh rival melalui pertarungan dua leg.

Ada apa dengan Barca? Pertanyaan tersebut sudah pasti dipertanyakan oleh hampir seluruh cule di seluruh dunia, bahkan mungkin penggemar bola pada umumnya. Padahal kenyataannya Barca masih nyaman duduk di puncak klasemen LaLiga Spanyol, meski sudah kehilangan kesempatan mempertahankan trophy CDR. Apalagi alasan yang tepat untuk mempertanyakan hal itu jika bukan karena hattrick kemenangan Rival di gelaran Clasico musim ini,bahkan dua kemenangan diantaranya dicetak Rival secara beruntun, yakni hanya dalam tempo 3 hari! Rekor Barca melawan Rival di gelaran Clasico musim ini adalah 1W-2D-3L. Banyak alasan yang mendasari kenapa penampilan Barca patut dipertanyakan di musim ini. Salah satunya mungkin pemilihan pemain dalam starting line up Barca.


Sejujurnya, Barca musim ini belum teruji secara layak melawan klub setara, melawan klub-klub besar. Barca bisa dibilang gagal menghadapi 2 tim besar di musim ini. Ya hanya dua, siapa lagi jika bukan Real Madrid dan AC Milan. Barca hanya konsisten di Laliga, dan bermain secara meyakinkan melawan tim kontestan LaLiga yang lain. Ingat, Barca juga pernah kalah melawan Celtic di liga champion. Baik Mou dan Allegri, sudah belajar, ya! belajar dengan sangat baik melawan Xavi Hernandez dkk. Seringnya pertemuan melawan Barca, membuat “study hour’ Madrid dan Milan juga semakin banyak. Musim lalu baik Madrid dan Milan sudah pernah kita kalahkan,intinya kita sudah terlalu sering bertemu kedua klub tersebut. Jadi apa yang harus Barca lakukan untuk melawan AC Milan nanti? jika semua cara lama atau bahkan baru mungkin sudah dicoba dan ternyata gagal saat Barca kontra Rival seminggu terakhir ini.

Saya rasa Allegri sudah membaca permainan Barca dengan sangat sempurna, terlebih setelah dua kekalahan beruntun di gelaran El Clasico. Tim mungkin akan sangat kesulitan untuk mencetak satu gol, sedangkan untuk lolos ke perempat final, Barca butuh 3 gol (tanpa kemasukan) atau bahkan 4 gol! Selama beberapa musim terakhir, Barca “terlampau kejam” saat melawan tim dengan counter attack yang sangat cepat. Kejam dalam arti mereka kadang tidak menyisakan satu pun pemain bertahan di sepertiga lapangan terakhir. 99% dalam setiap kesempatan counter yang cepat, lawan selalu berhasil mencetak gol. Musim lalu contohnya, Milan berhasil mencetak gol di CampNou di percobaan pertama ke gawang Valdes. Pun saat melawan Chelsea, baik Drogba dan Ramires berhasil mencetak gol di percobaan pertama. Jadi jika ingin lolos, Barca setidaknya harus mencetak 4 gol, karena Milan sepertinya akan berhasil mencetak sebiji gol ke gawang Valdes.

Dari segi skema di lapangan, Barca di beberapa pertandingan terakhir jarang sekali melakukan rotasi pemain yang berarti. Apalagi dari penentuan starting line up. Mungkin juga dari musim lalu hingga sekarang, line up Blaugrana selalu “predictable”. Setidaknya ada 2 faktor kenapa permainan Barca harus sampai pada titik seperti ini.


Taktik memecah tandem dua gelandang terbaik di dunia, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Taktik ini mulai familiar dan dicoba beberapa kali di musim terakhir Pep Guardiola. Apalagi alasan Guardiola saat itu jika bukan karena Pep mungkin ingin mengakomodir posisi Cesc Fabregas yang baru saja didatangkan dari Arsenal. Di musim pertamanya mungkin Pep belum terlalu kentara memecah tandem Xaviesta, tetapi beberapa taktik yang digunakannya sudah menuju ke sana. Salah satunya mulai sering menempatkan Iniesta di sisi kiri lapangan. Dan di awal musim Tito, hal tersebut semakin terlihat jelas. Dan hasil nya positif, karena di paruh awal musim Cesc terlihat semakin sangat klop dengan skema permainan barca. Assist pun mulai berdatangan atas namanya. Fungsi cesc sebagai gelandang kreatif bahkan mirip dengan skema Barca di era Cruyff, yaitu dengan cepat mengalirkan bola ke depan dan dengan segera mencetak gol. Tetapi hal ini juga menjadi bumerang, dan tim lawan pun juga sudah mulai memperhatikan peran Cesc yang lama kelamaan sudah mulai kembali seperti si “nomor 4’ saat di Arsenal. Pun Iniesta di sisi kiri lapangan. Dengan segala hormat untuk Cesc Fabregas, dia gelandang yang “inferior” dibandingkan Iniesta, dan Iniesta juga LW yang “inferior” dibandingkan Villa atau penyerang sayap yang lain. Jika tim bermain dengan Messi, Xavi, Iniesta, Cesc dan Sergio, siapakah sebenarnya yang harus berlari, mencari posisi dan mendapatkan umpan terakhir (final pass) di pertahanan lawan? Barca mungkin bisa dengan mudah mengalirkan bola kepada siapa saja saat melawan tim-tim di Laliga, tetapi melawan tim besar apalagi di liga champion, fakta menunjukkan bahwa kita kesulitan mengalirkan bola dengan sempurna. Bahkan Celtic pun tahu hal itu.

Terlalu “Messi”. 91 gol yang dicetak oleh pemain terbaik dunia 4kali ini tahun lalu seharusnya menjadi “ketukan pintu” secara perlahan untuk skema permainan Barca. Penulis sendiri sempat menyoroti menurunnya jumlah gol penyerang sayap kita setiap tahunnya (di salah satu thread forum). Dan disaat itu pula, jumlah gol Leo semakin meningkat. Jadi perlu untuk menyingkirkan attitude permainan dan skema di lapangan yang kentara sekali terlihat membangun inti permainan di sekitar Lionel Messi. Setiap penyerangan yang dilakukan Barca saat ini selalu dialirkan untuk Messi seorang, bahkan hal tersebut terlihat sangat ekstrim di beberapa pertandingan terakhir. Saat Messi mendapatkan penjagaan yang ketat bahkan hingga “double mark”, 90% daya ledak Barca langsung menguap.

FC Barcelona telah mencapai banyak kesuksesan melalui filosofi bermain mereka dalam beberapa tahun terakhir. Pep Guardiola mempunyai visi dan jasa yang terlampau besar untuk Barca dalam hal meletakkan filosofi dan kesuksesan itu sendiri. Bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa tanpa seorang pelatih pun, tim ini akan baik-baik saja. Dan karena filosofi tersebut juga, tim yang ada saat ini terlihat terlalu berlebihan dalam menjalankan skema permainan. Memainkan seorang gelandang dalam pertahanan dan penyerangan. Atau seorang penyerang bermain sebagai gelandang sekaligus menyerang. Sangat disayangkan dan sia-sia jika dengan generasi pemain yang Barca miliki saat ini, mereka tidak bisa bermain dengan skema dan posisi yang benar-benar tepat. Pemain seperti Xavi, Iniesta, Sergio dan Messi tidak akan selalu muncul di tiap dekade. Dengan yang dimiliki Barca saat ini, seharusnya tim ini masih bisa memenangi 3 atau bahkan 4 trophy tambahan di liga champion. Terdepak dari fase knockout di babak 16besar melawan tim dengan pemain seperti Ambrosini, Zapata, Muntari, Mexes dan beberapa yang lain, sungguh tidak bisa diterima. Tidak dengan tim Barca dengan komposisi pemain seperti saat ini. Tidak seperti ini.

Writen by FCB Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar