Like Us

Kamis, 14 Februari 2013

Imlek, Tradisi Yang Penuh Makna Dan Sejarah


Tahun Baru Imlek merupakan hari raya terbesar dan paling ramai dalam budaya Tionghua (Chinese) yang berasal dari daratan China (Tiongkok). Penanggalan resmi yang dipakai oleh China sejak Dinasti Shang (Tahun 1600 ~ 1046 Sebelum Masehi) adalah penanggalan menurut perhitungan perubahan bentuk bulan atau sering disebut dengan Imlek (阴历) dimana saat tidak terlihat bulan dihitung sebagai hari pertama pada bulan tersebut atau disebut dengan bulan muda. 1 (Satu) tahun dibagi menjadi 12 (dua belas) bulan. Hari Pertama di tahun yang baru ini sering disebut juga dengan “Yuan Dan”, “Yuan Chen”, “Yuan Ri”.

Mitologi Tahun Baru Imlek

Berdasarkan cerita rakyat dan legenda kuno, tahun baru China dirayakan ketika orang China berhasil melawan hewan mitos yang disebut sebagai Nian yang berarti tahun dalam bahasa China. Makhluk Nian selalu muncul pada hari pertama Tahun Baru dan kedatangan Nian adalah memangsa hewan ternak, memakan hasil pertanian dan bahkan penduduk, terutama anak-anak. 

Untuk selamat dari petaka Nian, masyarakat desa China akan menaruh sejumlah makanan di depan pintu mereka pada hari pertama tahun baru. Masyarakat percaya bahwa, jika Nian telah mengambil/memakan makanan yang telah disediakan oleh masyrakat, maka Nian tidak akan lagi menyerang orang/warga.Suatu ketika, seorang penduduk menyaksikan seekor Nian ketakutan dan lari menghindar dari seorang anak yang berkostum merah. Dari kejadian itu, maka penduduk desa akhirnya tahu kekurangan Nian yakni takut pada warna merah.


Semenjak itu, setiap menjelang dan selama Tahun Baru, penduduk akan menggantung lentera merah serta memasang tirai/gordin merah pada pintu dan jendela. Selain itu, masyarakat juga menggunakan mercun untuk menakuti Nian. Sejak itulah, Nian tidak pernah lagi muncul di desa mereka.

Hari raya Imlek merupakan momen pertemuan seluruh anggota keluarga sekali dalam setahun. Anggota keluarga akan bersilahturahmi, saling berbagi dan memberikan pengalaman selama setahun. Perayaan ini menjadi sangat berarti tatkala setiap anggota keluarga dan tetangga saling menjalin kasih, saling mengayomi, dan memulai lembaran baru (dengan pakaian baru).

Ciri khas perayaan Imlek adalah ornamen-ornamen berwarna merah, kue keranjang, angpao, lentera, Tebu dan barongsai. Warna merah memiliki makna sejahtera, membawa berkah dan hoki/keberuntungan , dan dipercaya ditakuti oleh Nian dan dapat mengusir setan dan roh jahat.

Kue Keranjang

Terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun. Nien Kao atau Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat.


Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. Kue keranjang (dodol cina, yang mempunyai makna perekat kekeluargaan, persaudaraan, pertemanan).

Angpao

Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, angpao juga akan ditemukan. Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu "Ya Sui", yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak-anak berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun.


Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, bonbon dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak-anak memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli.Menurut tradisi hanya orang yang sudah menikah saja yang boleh memberikan Angpao

Lentera/Lampion


Pada hari raya imlek biasa dipajang lampion-lampion di rumah-rumah atau perkarangan atau tempat umum misalnya di taman, kebun, jalan-jalan, lorong-lorong dan lain sebagainya. Lampion merah dianggap sebagai simbol kebahagiaan, dan dipasang untuk event-event kegembiraan seperti Imlek Lampion ini digambari dan dihiasi ornamen-ornamen macam-macam, dan huruf-huruf kaligrafi. Lampion ada yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, dan dari bordiran-bordiran kain sutra dan lain-lain.

Tebu

Tebu merupakan tanaman yang melambangkan umur panjang. Semakin panjang dan banyak ruas yang ada pada tebu, maka semakin banyak hoki yang di bawanya. Dalam bahasa Mandarin, filosofi tersebut di kenal dengan sebutan ciek-ciek shiang-shiang. Artinya, setiap ruas yang ada pada tebu melambangkan tahapan hidup manusia.


Di lihat dari segi rasanya, tebu adalah salah satu tanaman yang banyak disukai mahluk hidup karena rasanya yang manis. Dari rasa tebu yang manis ini, keberadaan manusia di muka bumi ini hendaknya bisa mendatangkan manfaat bagi sesama mahluk hidup. Makna hidup yang terkandung dalam tebu ini sama persis dengan bambu. Bentuknya yang beruas-ruas serta panjang melambangkan panjang umur. Sementara warnanya yang hijau bermakna kemurahan rejeki.

Barongsai /Tarian Singa

Tarian Singa atau di Indonesia dikenal dengan nama barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ketiga sebelum masehi. Konon ceritanya, ada beberapa versi sejarah Barongsai. Yang paling terkenal adalah versia Nian (monster). Pada masa Dinasti Qing, di satu wilayah di China ada monster yang mengganggu penduduk setempat hingga menimbulkan keresahan dan ketakutan. Saat itulah muncul singa (barongsai) untuk menghalau monster tersebut. Akhirnya, monster kalah dan lari ketakutan. 

Setelah itu singanya pergi. Tapi monster ini ternyata mau balas dendam dan masyarakat tidak tahu. Mereka bingung, ada di mana singa yang bisa mengalahkan monster itu. Akhirnya mereka buat kostum barongsai seperti yang ada sekarang, dan berhasil menyingkirkan monsternya. Hal inilah, yang mendasari mengapa barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. Maksudnya mengusir monster yang kita samakan dengan aura-aura yang buruk.


Menurut kepercayaan orang China, singa juga merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru. Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.

Tahun baru Imlek di Indonesia, secara bebas baru kembali diizinkan pada tahun 2000 setelah Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres ) No 6 tahun 2000 karena selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum, sesuai Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, termasuk seni budaya, tradisi sampai huruf China diarang. Setelah Kepres dicabut, Pemerintah menetapkan tahun 2003,Imlek menjadi hari libur nasional Maka tidak hanya saja bisa dirayakan secara leluasa, tapi juga berbagai kelengkapan penjualan kebutuhan Imlek mulai kelengkapan persembahyangan sampai ke aksesoris.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar